Hari Ini

SENIOR HIGH SCHOOL 1 SUBANG

SENIOR HIGH SCHOOL 1 SUBANG

Minggu, 19 Oktober 2008

CURHAT KETUA OSIS


DOUNG BAEK ISLAND’S


Asep Saeful Ulum



Termasuk saat ini.
Di Kota Busan, di negara orang, di Korea Selatan.
Aku bersama dengan teman satu tim, AEEP DYNAMICS harus menyelesaikan ‘Mission Possible”.

۩

Siang itu. Ditemani gagahnya pasak yang menghijau semakin dekat. Dalam rupanya yang elok. Aku tatap jalan setapak di depanku.
Jalan ini mengingatkanku dulu. Bukan karena kesamaannya, tapi betapa ternyata sangat sempitnya dunia ini. Di sini, di Kota Busan, di negara yang kebanyakan penduduknya tidak mengenal Tuhan sama sekali, di Korea Selatan, aku menemukan Cirebon, kota SMP ku yang sejatinya adalah kota yang paling agamis yang pernah kulihat di negeri yang besar itu. Negeriku, Indonesia, yang pernah menjadi Macan Asia, walaupun tikus-tikus berdasi berkeliaran dengan santainya di kantor-kantor. Negara, yang pemeluk Agama Islamnya menempati peringkat pertama di kolong langit ini. Pemeluk terbanyak agama yang pertama kali mengajarkan tata cara mandi bagi umat manusia di dunia ini, justru harus rela bersimbah air untuk mandi di tempat pembuangan sampahnya para wisatawan yang dengan seenak “puser”nya membuang sampah ke aliran sungai. Sungguh sebuah negara yang sangat jauh dalam hal persamaannya dengan di sini.
Di Korea Selatan, tanpa mereka tahu bahwa kebersihan itu begitu sangat ditekankan oleh agama, mereka di sini, walaupun tak beragama, teramat sangatnya dalam mencintai kebersihan. Tak satupun kulihat kantong plastik bekas minuman es Teh Manis seperti yang biasa kulihat di Indonesia.
Dalam lamunan panjangku, aku teringat masa-masa SMP ku, berangkat pukul 05.55 WIB karena bel masuk sekolah adalah pukul 06.45 WIB bahkan 06.30 WIB jika tiba waktunya hari untuk menghormati Sang Merah Putih. Bendera Bangsa yang konon, Merah mengartikan tentram, Putih berarti suci. Tapi, mengapa penyair bangsa besar ini pernah menulis
“ . . . Garuda bukan burung perkutut . . . Sangsaka bukan sandang pembalut . . . “
Mengapa dia sampai menulis seperti itu?
Aku harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Melewati permadani jalan setapak yang memerah dan penuh batu. Ditemani berumbak-umbaknya sawah yang berpetak-petak rapi bak barisan siswa saat upacara bendera. Kadang, kabut tipis membelai memutar di depan hidungku yang sedikit agak mancung ini, hingga aku tiba di ujung desa dan angkutan umum pun kadang ikut terbuai malas mengantarku menuju sekolah menengahku yang pertama.
Tapi, sebelum itu, jauh sebelum sampai di ujung desa, setiap melewati tanah irigasi, selalu kutatap derasnya aliran sungai kecil yang diambil dengan menutup Pintu ke-2 sungai yang mengalir dari kaki Gunung Ciremai yang membelah desaku. Kususuri setapak demi setapak jalan irigasi, ku kibas-kibas daun padi yang tiada henti merunduk menghalangi jalanku,
Bagai Ilmu Padi, Makin Berisi Makin Menunduk,
kini aku baru mengerti maksudnya, bahwa orang yang pintar adalah orang yang menghalangi jalan orang yang ingin menjadi pintar sepertiku ini. Orang pintar tidak pernah ingin ada orang yang lebih pintar dari dirinya. Dengan ilmunya yang banyak, sang padi berpura-pura merendah dan terlihat begitu sangat sopan, merendah, padahal yang dia lakukan itu hanyalah untuk menghalangi orang-orang yang ingin pintar. Inilah ilmu padi yang kudapat dari padi itu sendiri. Sangat berbeda dengan arti ilmu padi yang kudapat dari ibu guru kemarin hari.
Tak jarang pula, tidak hanya dengan padi yang menghalangi langkah perjuanganku menghancurkan kebodohan, aku juga bertemu dengan kakek tua petani yang sedang membuang hajat paginya di atas kali kecil itu, dia juga sama dengan padi itu,
menghalangi langkahku.
Hhhhh….. Masa SMP ku ….
Tak pernah sedetikpun hadir dalam bayanganku untuk bisa menginjakkan kaki di negeri asing. Hanya saja, sejak kecil, aku benci akan kekalahan. Tantangan apapun, perlombaan apapun, aku benci jika aku harus kalah.
Juga saat aku harus rela menjadi juara ke-2 lomba catur se Kabupaten Cirebon, juara ke-2 lomba mengarang tingkat Kabupaten Cirebon juga. Bagiku, juara itu hanya ada satu; juara 1 .
“Juara 2 hanyalah juara bagi yang kalah”. Demikian Paskibra SMA N 1 Subang mengatakan. Yah…aku melanjutkan SMA ku di tanah kelahiranku di Kabupaten Subang. Pendirianku tetap. Aku benci akan kekalahan, aku benci harus selalu menjadi peringkat ke-2 di kelas X-5 di bawah Ina Marlina, walaupun di setiap tengah semester, aku selalu yang menjadi nomor satu di kelas X-5 waktu itu. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, betapa Linda Erijayanti menangis saat dia ada di peringkat ke-4 saat tengah semester kedua, di bawah aku, Ina Marlina dan Ramdhani Setiawan. Aku mulai yakin bahwa semua manusia memang sama sepertiku, tidak suka akan kekalahan.
Termasuk saat ini.
Di Kota Busan, di negara orang, di Korea Selatan.
Aku bersama dengan teman satu tim, AEEP DYNAMICS harus menyelesaikan ‘Mission Possible”.
Ini dia misinya.

Common Mission
1. Write ‘The 1st AEEP’ each letter in order during the mission, take pictures of each letter and show it to me upon your arrival(Foto setiap huruf yang kalian temui selama perjalanan yang huruf-hurufnya ada dalam kata ‘The 1st AEEP’).
2. Bulid a Sand Castle in 20 minutes and take a picture with your team members (there will be a contest). (Buat istana Pasir dalam 20 menit, dan kirim fotonya dengan anggota tim).
Send the text messages to : 010-5161-3438

Beruntung di setiap tim ada siswa dari Korea, jadi, tim bisa menggunakan handphonenya untuk mengirim jawaban melalui sms.
Hatiku berkobar, timku harus jadi yang tercepat !! Tapi, misi tidak hanya sekedar itu, ternyata masih ada misi yang berikutnya.

TEAM MISSION
If each mission is accomplished, a text message will be sent to give you a hint to proceed to the next step. Good luck !
*) Go to the seashore road and count the number of the benches and send the answer. (Hitung jumlah tempat sampah di sepanjang bibir pantai)
*) Who am I ? I’m like a match with no warmth. I have a trace, but never be found again. Find me first, and then find my 3 siblings. The second-oldest is a diligent one and the oldest and the youngest is lazy. Find the 3 siblings and send the answer.
*) Send a text message ; the date that the picture was taken when the summit wore the Durumagi in 2005.
*) Find the bronze statue and take poses as same as the statue , and take a group photo and send it by photo-mail.

Waaw . . . !! Misi yang benar-benar berat. Aku berlari-lari menghitung tempat sampah di sepanjang bibir pantai, berputar-putar di APEC HOUSE di Durumagi, hanya untuk mencari satu foto yang menjadi jawaban.
“What Do We Need Now ?!”
“Speed . . . !!! “
Teriakan itulah yang paling sering kami keluarkan dari mulut kami untuk menambah semangat kami, mengingat kelompok – kelompok yang lain begitu gesitnya mereka untuk menaklukkan misi ini dan menjadi tim tercepat.
Sampai akhirnya . . .

Kami hanya tinggal menyisakan satu misi yang belum terpecahkan, misi “Who am I ?” Teman dari Thailand, Vietnam, bahkan dari Korea, terlihat mulai menyerah dengan misi yang satu itu.
“Who am I?”
Aku berpikir keras. Sambil menyusuri jalan setapak yang luar biasa bersih . . . kembali terlintas bayangan perjalanan belajar ku di SMP dulu . . .
Teringat saat melewati jalan irigasi tanah . . .
Teringat saat padi yang berpura-pura baik hati dengan merunduk . . .
Teringat saat Teringat saat Pak tua petani yang membuang hajatnya . . .
Teringat saat aku harus masuk pukul 06.30 WIB karena akan menghormati berndera Merah Putih
Dan . . .
Akhirnya , aku menemukan jawabannya !
Yah ! Aku, orang Indonesialah yang bisa menemukannya !
Look at me !
I’m Indonesian!!
Aku beritahu ke teman di tim ku, kalau aku tahu jawabannya. Pada awalnya, mereka terlihat ragu dari ekspresi wajahnya. Tapi , aku berusaha meyakinkan.
“The point is, it never found again !! “
Aku juga mengatakan, muda biasanya dikaitkan dengan yang kecil dan yang tua itu biasanya lebih besar.
Coba lihat di sana !
“Look at there !!”
Aku menunjuk bangunan putih yang di atasnya melingkar benda putih. Dengan tiga buah jarum yang selalu berputar,
“Common Guys!! Yang paling rajin adalah yang tertua kedua , The second-oldest is a diligent one . Dan yang tertua ke dua itu adalah jarum detik itu . . . The answer is o’clock guys !!”
“ . . . . . “
“Yaahh . . . !!! “ nyaris bersamaan teman-teman di tim ku berteriak senang .
“Asep . . You are smart !! “, Cha Hyun Jong memujiku dengan matanya yang mengecil saat tersenyum sambil menepuk pundakku.
“Yach . . .”
“Ha . . ha . . ha . . .”
Kita semua melengggang dengan jalan santai ala Korea Selatan menapaki Pulau Doung Baek sebagai pemenang dalam mission possible ini. Mengelilingi pulau di mana APEC HOUSE dibangun. Di mana di puncaknya, terdapat bangunan situs yang terbuat dari perunggu. Yang membuatku justru merasa berada di Indonesia, di atas jalan setapak, melewati irigasi tanah, dan bertemu dengan kakek tua yang sedang membuang hajat paginya.
Tanpa ada padi berisi, yang menghalangi langkahku.

3 komentar:

Komunitas Blogger Subang mengatakan...

15 Oktober 2008, Launching Komunitas Blogger Subang,, Mari bergabunglah bersama kami..

Anonim mengatakan...

Ass .
wah" . .
sumpah kerend bgd tuu pengalamannya a' . .salut . salut . . !
hampir" gag prcya ptry . .haha*

keren .
kasi 4 jempol tuu. .
hebat . hebat .
selamet bwt a'Ulum . .

smansa tetap jaya . . yesss !!!
hihi*

Anonim mengatakan...

Assalam..
Salam ukhwah slalu buwat osis smansa subang, Kong Fu Tse Said"mAKIN BaNYak KiTa BeLaJar , makin ingatlah betapa sedikitnya yang kita ketahu"...


sincerly
head of metamorfosi 08/09